• Belajar membuat blog dan website mendapat dollar dari Google Adsense
  • Mempelajari Proses Biokimia yang terjadi di dalam pohon, mengetahui bagaimana pohon itu tumbuh
  • Menanam dan memelihara pohon untuk kesejanteraan
  • Mempelajari Ekosistem Hutan hubungan timbal baik yang terjadi di dalam hutan Mempelajari Struktur dan Fungsi Hutan
  • Materi Pembelajaran Bidang Kehutanan tentang budidaya hutan, konservasi dan manajemen oleh IRWANTO FORESTER
  • Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut mempunyai banyak fungsi
  • Jalan jalan melihat hutan Indonesia, Indonesia kaya akan sumberdaya alam tapi mengapa masih banyak penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan

Friday, April 8, 2011

Ambisi Bangsa Inca Begitu Dahsyat

gallery

Bangkit menyeruak dari ketakberdayaan menuju kedigdayaan, para raja Andes menaklukan sejumlah kerajaan kecil, menatah pegunungan, dan membangun kerajaan yang perkasa.


Di Pulau Taquile yang terpencil di Peru, di tengah Danau Titicaca yang indah , ratusan orang berdiri dalam keheningan di alun-alun tatkala seorang pastor Katolik Roma memanjatkan doa. Sebagai keturunan orang-orang yang dikirim ke situ oleh penjajah Inca lebih dari 500 tahun yang silam, penduduk Taquile masih menjalani gaya hidup tradisional suku Inca. Mereka menenun kain berwarna cemerlang, berbicara dalam bahasa tradisional Inca, dan menangani ladang sebagaimana yang biasa dilakukan leluhur mereka selama berabad-abad. Pada hari-hari festival, mereka berkumpul di alun-alun untuk menari diiringi suara seruling dan tabuhan tambur.

Pada hari itu, di suatu siang yang nyaman di musim panas, sebagai orang luar, saya menonton mereka yang merayakan festival Santiago, atau festival St. James. Pada zaman Inca dahulu, festival ini pastilah festival Illapa, dewa halilintar Inca. Di saat upacara doa sudah hampir selesai, empat orang pria berbaju hitam mengangkat tandu kayu buatan tangan yang mengusung patung Santiago yang dilukis. Pengusung tandu mengusung patung orang suci itu agar terlihat dari seluruh penjuru alun-alun, sama seperti di masa lalu tatkala suku Inca memanggul mumi para raja yang mereka hormati.

Berabad-abad setelah mereka wafat, nama para raja Inca itu masih meninggalkan kesan digdaya dan berambisi: Viracocha Inca (Penguasa Dewa Pencipta), Huascar Inca (Penguasa Rantai Emas), dan Pachacutec Inca Yupanqui (Pencipta Ulang Dunia). Dinasti raja Inca yang bangkit dari keterpurukan di Lembah Cusco, Peru pada abad ke-13 telah memikat, menyuap, mengintimidasi, atau menaklukkan semua pesaing mereka guna menciptakan kerajaan pra-Columbia terbesar di Dunia Baru.

Untuk waktu yang lama para ilmuwan tidak tahu banyak tentang kehidupan para raja Inca, selain aneka kisah sejarah muluk-muluk yang oleh para bangsawan Inca dikisahkan tidak lama setelah tibanya penjajah Spanyol. Suku Inca tidak memiliki sistem huruf hieroglif, seperti yang dimiliki suku Maya, dan gambar para raja yang dilukis para seniman Inca pun sudah lenyap. Istana kerajaan Cusco, ibukota Inca, dengan cepat jatuh ke tangan para penakluk dari Eropa, dan sebuah kota kolonial Spanyol yang baru dibangun di atas reruntuhannya, sehingga mengubur atau menghancurkan peninggalan masa lalu suku Inca. Pada masa yang lebih kini, terjadi kerusuhan sipil di kawasan Andes Peru pada awal 1980-an, dan hanya sedikit ahli arkeologi berani memasuki daerah pedalaman Inca selama lebih dari satu dasawarsa.


Sekarang para ahli arkeologi berupaya keras meneliti kawasan itu. Saat meneliti lereng pegunungan di dekat Cusco, mereka menemukan ribuan situs yang sebelumnya tidak dikenal, sehingga berhasil menggali informasi baru tentang asal-usul dinasti Inca. Dengan mengumpulkan sedikit-sedikit petunjuk dari dokumen masa penjajahan, mereka berhasil menemukan lokasi wilayah kekuasaan para raja Inca yang pernah tak dikenali itu dan mengkaji hubungan yang rumit antara para raja dan para abdi dalam lingkungan rumah tangga. Sementara itu, di garis depan kerajaan yang hilang itu, para ahli arkeologi berhasil menata kembali kepingan bukti dramatis tentang pertempuran yang dikobarkan para raja Inca serta pertempuran psikologis yang mereka lancarkan untuk memaksa puluhan kelompok etnis yang saling curiga menjadi satu kerajaan yang padu. Kemampuan mereka yang luar biasa untuk meraih kemenangan di medan perang dan membangun suatu peradaban, secara bertahap, merupakan isyarat yang amat jelas, kata Dennis Ogburn, ahli arkeologi di University of North Carolina at Charlotte: “Sepertinya mereka berkata, Kamilah kelompok yang paling berkuasa di dunia, jadi jangan sekali-kali berani menantang kami.”

Suatu siang yang benderang di bulan Juli, Brian Bauer, ahli arkeologi dari University of Illinois at Chicago, berdiri di alun-alun yang luas di situs upacara suku Inca di Maukallacta, bagian selatan Cusco. Dia minum dari botol airnya, kemudian menunjuk ke tonjolan batu abu-abu yang menjulang tinggi, tidak jauh ke arah timur. Tampak tangga batu berukuran besar-besar tertatah di puncaknya yang bergerigi, bagian dari kuil Inca yang penting. Sekitar 500 tahun yang silam, kata Bauer, para peziarah berdatangan ke kawasan ini untuk melakukan pemujaan di tonjolan batu yang curam, yang di masa lalu dipandang sebagai salah satu tempat paling keramat di kerajaan itu: tempat kelahiran dinasti Inca.

Bauer, pria 54 tahun yang bertubuh langsing, namun berotot, bertopi pet usang dan celana jins biru, pertama kali mengunjungi Maukallacta pada awal 1980-an untuk meneliti asal-usul Kerajaan Inca. Pada saat itu, kebanyakan ahli sejarah dan ahli arkeologi percaya bahwa Alexander Agung Andes yang cemerlang dan masih muda bernama Pachacutec menjadi Raja Inca yang pertama pada awal 1400-an. Dia mengubah sekumpulan kecil rumah gubug dari tanah menjadi sebuah kerajaan hebat semasa hidupnya. Bauer tidak memercayainya. Dia yakin bahwa dinasti Inca memiliki asal-usul yang jauh lebih tua, dan Maukallacta tampaknya merupakan tempat yang masuk akal untuk mencarinya. Dia sungguh kecewa ketika penggalian selama dua musim panas tidak memberikan bukti apa pun tentang para raja Inca yang hidup lebih awal daripada masa Pachacutec.


Sumber : http://nationalgeographic.co.id

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KERUSAKAN HUTAN