• Belajar membuat blog dan website mendapat dollar dari Google Adsense
  • Mempelajari Proses Biokimia yang terjadi di dalam pohon, mengetahui bagaimana pohon itu tumbuh
  • Menanam dan memelihara pohon untuk kesejanteraan
  • Mempelajari Ekosistem Hutan hubungan timbal baik yang terjadi di dalam hutan Mempelajari Struktur dan Fungsi Hutan
  • Materi Pembelajaran Bidang Kehutanan tentang budidaya hutan, konservasi dan manajemen oleh IRWANTO FORESTER
  • Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut mempunyai banyak fungsi
  • Jalan jalan melihat hutan Indonesia, Indonesia kaya akan sumberdaya alam tapi mengapa masih banyak penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan

Tuesday, August 6, 2013

KERUSAKAN HUTAN HUJAN TROPIS


Hutan hujan tropis terletak di daerah tropis dan mendapat sinar matahari sepanjang tahun. Di bumi terdapat tiga bagian hutan tropis yang luas yaitu : Di Benua Amerika, terkenal dengan Hutan Amazon, di Afrika terdapat hutan tropis Zaire dan sekitarnya. Sedangkan di Asia terdapat Hutan tropis yang luas di daerah Indonesia dan Malaysia. Hutan tropis hampir mencakup 30 % luas daratan di permukaan bumi. Namun sayang, pengurangan luas hutan tropis terus terjadi secara drastis. Di Indonesia saja kerusakan hutan tropis setiap tahun diperkirakan 1,6 juta sampai 2 juta. Hutan tropis Brasil, hilang sekitar 50.000 mil persegi dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

Pencegahan kerusakan hutan dengan membatasi penebangan pohon-pohon. Penebangan terkendali untuk memanen hasil hutan kayu dilakukan di beberapa negara, dengan mempergunakan berbagai jenis sistem silvikultur. Salah satu sistem yang banyak dipakai adalah sistem tebang pilih atau selective logging, namun bila pelaksanaan di lapangan jauh dari recana yang telah ditetapkan maka penebangan dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Penebangan sesuai rencana dapat membantu proses regenerasi hutan dengan membuka rumpang-rumpang yang memberikan cahaya optimal bagi keberlangsungan hidup permudaan alam.

Hutan hujan tropis sangat rentang terhadap kerusakan, selain lingkungan tanah yang terkenal dengan "miskin hara", juga rentang terhadap gangguan manusia dan hama. Bahaya yang sangat nyata akibat kerusakan hutan adalah banjir pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hutan hujan tropis membantu penyerapan air hujan yang jatuh dan menyimpannya di sela-sela perakaran. Hutan mengalami proses transpirasi yaitu menguapnya air ke udara bebas. Proses penguapan yang terjadi pada sebuah pohon sekitar 760 liter air per tahun yang akan membentuk awan. Bahkan bila tidak ada hujan yang turun, hutan tetap terjaga kelembabannya.

Kepunahan spesies-spesies endemik akibat kerusakan hutan tropis masih terus berlangsung. Banyak spesies yang belum dapat diidentifikasi sudah lenyap dari permukaan bumi dan mungkin saja spesies-spesies tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Manfaat lain dari hutan hujan tropis merupakan sumber makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Saat ini banyak yang tertarik pada kegiatan "bioprospecting" yaitu suatu kegiatan usaha peluang bisnis mencari dan meneliti sumber makanan, kosmetik dan obat-obatan di dalam hutan hujan tropis. National Cancer Institute (NCI) menyebutkan sekitar 70 % obat anti kanker yang berasal dari tanaman ditemukan pada hutan hujan tropis. Sebuah perusahaan farmasi sedang mengembangkan obat baru yang dapat menyembuhkan HIV, dan tumbuhan tersebut ditemukan di hutan Kalimantan.


Artikel Terkait :

DEFINISI TENTANG HUTAN :

Monday, August 5, 2013

PENYEBAB BANJIR.. LANGGANAN TIAP TAHUN | Cara Penanggulangan dan Mengurangi Dampak Banjir.

Banjir setiap tahun terjadi ketika musim hujan tiba di berbagai tempat di Indonesia. Ini sudah menjadi langganan tetap di suatu daerah yang sering dilanda banjir.

Menurut Wikipedia (entah authornya siapa) pengertian banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir sebagai berikut:

[v] berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tt kali dsb): krn hujan turun terus-menerus, sungai itu --; (2) n air yg banyak dan mengalir deras; air bah: pd musim hujan, daerah itu sering dilanda --; (3) n Geo peristiwa terbenamnya daratan (yg biasanya kering) krn volume air yg meningkat; (4) v ki datang (ada) banyak sekali: menjelang Lebaran di pasar – petasan.  




Sehingga definisi dan Pengertian Banjir dapat diartikan sebagai suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa. Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.

Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi terjadinya bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Terjadinya bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Di samping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

Faktor-Faktor Penyebab Banjir
  • Curah hujan tinggi
  • Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
  • Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit.
  • Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
  • Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
  • Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Usaha untuk Mencegah, Menanggulangi dan Mengurangi Dampak Banjir
  • Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
  • Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
  • Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
  • Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
  • Mengadakan Program Pengerukan sungai.
  • Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
  • Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.


Peringatan dan Petunjuk dari BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) untuk mengatisipasi Bencana Banjir. 

Sebelum terjadi banjir
  • Perhatikan ketinggian rumah Anda dari bangunan yang rawan banjir.
  • Tinggikan panel listrik
  • Hubungi pihak berwenang apabila akan dibangun dinding penghalang di sekitar wilayah Anda.

Pada saat terjadi bencana

Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda:
  • Simak informasi dari radio mengenai informasi banjir
  • Waspada terhadap banjir yang akan melanda. Apabila terjadi banjir bandang, beranjak segera ke tempat yang lebih tinggi; jangan menunggu instruksi terkait arahan beranjak.
  • Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain yang tergenang air. Banjir bandang dapat terjadi di tempat ini dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras.

Pada saat evakuasi:
  • Amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
  • Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas air.

Pada saat meninggalkan rumah:
  • Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak.
  • Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.

Referensi :
http://bnpb.go.id
http://www.blitarkab.go.id
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com


Saturday, May 25, 2013

PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA


Rencana pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) memunculkan harapan sekaligus kekhawatiran.

Anggota Komisi IV DPR Ma’mur Hasanuddin meminta pada proses pembangunan JSS agar Presiden untuk turun langsung pada pengawasan detail mega proyek tersebut. Pasalnya, lanjut Ma’mur, pembangunan JSS ini kemungkinan besar akan mengkonversi lahan pertanian di Banten, serta berpotensi pada pembabatan hutan dan perusakan lingkungan di Sumatera.

“Presiden dan Menko Perekonomian mesti menjamin, dan melakukan MoU terbuka kepada masyarakat untuk tidak merusak hutan, mempertahankan lahan pertanian dan memperhatikan industri maritim sebelum JSS ini mulai di bangun," pinta Ma’mur dalam pers rilisnya kepada Tribunnews.com, Selasa (27/9/2011).
Besarnya kemungkinan kerusakan lingkungan akibat proses pembangunan JSS ini tidak sekedar pada proses pembuatannya. Setelah usai pembangunan ini pun akan menyisakan beberapa masalah yang mesti di antisipasi pemerintah.

Legislator dari Fraksi PKS ini mencotohkan misalnya Konsumsi bahan bakar misalnya, diperkirakan akan meningkat tajam. Pemerintah mesti dapat menjelaskan bagaimana ketahanan energi masih dapat dipertahankan. Pertumbuhan ekonomi akibat pembangunan Jembatan Selat Sunda, dibandingkan dengan tingkat kerusakan lingkungan dan ekses negatif lainnya harus jauh lebih tinggi.

“Pemerintah harus dapat meyakinkan kepada publik, jaminan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan memunculkan stabilitas ekonomi yang membaik. Jangan sebaliknya memunculkan kekacauan sosial ekonomi lebih tinggi sehingga memacu kemunduran bangsa”, cetus Ma’mur.

Dana Rp 100 triliun hingga Rp 150 triliun untuk pembangunan selat sunda ini, lanjut Ma’mur, bukan proyek sembarangan. Infrastuktur terpanjang di dunia ini jika berhasil di bangun akan menoreh catatan dunia. Untuk itu, Pemerintah mesti dapat meyakinkan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahwa pembangunan JSS ini tidak mengusik ketahanan pangan dan kelestarian hutan Indonesia.

“Presiden harus turun sendiri untuk pengawasan Jembatan Selat Sunda ini, sebagai bukti keseriusan pimpinan negara untuk kejayaan bangsanya sekaligus menjamin tidak adanya kerusakan Hutan sebagai ciri khas indetitas bangsa ini," tutup Ketua DPP PKS Wilayah Dakwah Banten dan Jawa Barat (Banjabar) ini.

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com

Indonesia jadi Miskin TANPA HUTAN


Ungkapan "Indonesia jadi Miskin tanpa Hutan" memang sangat tepat dan bijaksana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, keberadaan hutan sangat penting untuk menyimpan keanekaragaman hayati dan keajaiban dunia hewan. Menurut SBY, tanpa hutan maka kondisi masyarakat Indonesia akan sangat miskin.

"Jika bukan karena manfaat yang hutan berikan maka masyarakat kita akan jauh lebih miskin," ungkap SBY ketika berpidato pada Konferensi Hutan Indonesia yang bertemakan "Alternatif Masa Depan untuk Memenuhi Tuntutan Makanan, Serat, Bahan Bakar, dan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan di Negara Berkembang (REDD+)", di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (27/9).

SBY mengatakan, seperti banyak negara lain yang diberkati dengan hutan tropis maka Indonesia juga menghadapi tantangan berkelanjutan dalam mengelola sumber daya hutan. Ia berpesan, keberhasilan mengelola hutan saat ini akan menentukan masa depan anak cucu di kemudian hari.

"Inti pesan saya hari ini adalah bahwa keberhasilan kita dalam mengelola hutan akan menentukan masa depan kita dan anak-anak kita," tegas Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu.

Dia juga menyadari, saat ini hutan terus menghadapi masalah dan tantangan besar. "Duniapun menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Pemanasan global semakin mengancam kehidupan dan bahkan kelangsungan hidup," tegasnya.

Konferensi ini diprakarsai oleh Center for International Forestry Research (CIFOR), sebuah organisasi internasional yang berpusat di Bogor, Jawa Barat. Hasil konferensi ini akan disebarkan secara online kepada khalayak dunia, termasuk mereka yang akan menghadiri Konferensi Perubahan Iklim atau COP 17 di Durban, Afrika Selatan.

Hadir dalam konferensi ini, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia Erik Solheim, Utusan Khusus bidang Perubahan Iklim Bank Dunia Andrew Steer, dan Menteri Negara bidang Lingkungan Hidup, Pangan dan Urusan Pedesaan Inggris Jim Pace. Pada pukul 09.00 WIB, sebelum memberikan pidato kunci, Presiden SBY didampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menerima Menteri LH Norwegia Erik Solheim.

Source : http://www.jpnn.com

Saturday, April 6, 2013

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SUKSESI SEKUNDER

Tahap-tahap perkembangan Suksesi Sekunder dapat dijelaskan sebagai berikut :

Fase Permulaan

Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.



Fase Awal/Muda

Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang tumbuh didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai beberapa jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera digantikan/ditutupi oleh pionir-pionir awal yang cepat tumbuh.

Siklus unsur hara berkembang dengan sangat cepat. Khususnya unsur-unsur hara mineral diserap dengan cepat oleh tanaman-tanaman, sebaliknya nitrogen tanah, fosfor dan belerang pada awalnya menumpuk di lapisan organik (Jordan 1985). Pertumbuhan tanaman dan penyerapan unsur hara yang cepat mengakibatkan terjadinya penumpukan biomasa yang sangat cepat. Dalam waktu kurang dari lima tahun, indeks permukaan daun dan tingkat produksi primer bersih yang dimiliki hutan-hutan primer sudah dapat dicapai. Biomasa daun, akar dan kayu terakumulasi secara berturut-turut. Begitu biomasa daun dan akar berkembang penuh, maka akumulasi biomasa kayu akan meningkat secara tajam. Hanya setelah 5-10 tahun biomasa daun dan akar halus akan meningkat mencapai nilai seperti di hutan-hutan primer. Selama 20 tahun pertama, produksi primer bersih mencapai 12-15 t biomasa/ha/tahun, yang demikian melebihi yang yang dicapai oleh hutan primer yaitu 2-11 t/ha/tahun.

Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat setelah sekitar 20 tahun.Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa).



Fase Dewasa

Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir yang juga akan membentuk lapisan pohon yang homogen (Finegan 1992). Secara garis besar, karakteristik-karakteristik pionir-pionir akhir yang relatif beragam dapat dirangkum sebagai berikut: Walaupun sewaktu muda mereka sangat menyerupai pionir-pionir awal, pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang lebih padat.

Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki biji/benih yang disebarkan oleh angin, yang seringkali dorman di tanah dalam periode waktu yang sangat lama. Mereka bahkan dapat berkecambah pada tanah yang sangat miskin unsur hara bila terdapat intensitas cahaya yang cukup tinggi. Jenis-jenis pionir akhir yang termasuk kedalam genus yang sama biasanya dijumpai tersebar didalam sebuah daerah geografis yang luas.

Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur mengecil secara kontinyu. Dalam hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang diproduksi hanya 1- 4.5 t/ha/tahun. Setelah 50-80 tahun, produksi primer bersih mendekati nol. Sejalan dengan akumulasi biomasa yang semakin lambat, efisiensi penggunaan unsur-unsur hara akan meningkat, karena sebagian besar dari unsur-unsur hara tersebut sekarang diserap dan digunakan kembali. Sebagai hasil dari keadaan tersebut dan karena adanya peningkatan unsur hara-unsur hara yang non-fungsional pada lapisan organik dan horizon tanah bagian atas, maka konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa menurun (Brown & Lugo 1990). Perputaran kembali unsur hara pada daun-daunan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fase sebelumnya.



Fase klimaks

Pionir-pionir akhir mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun (Liebermann & Liebermann 1987) dan berangsur-angsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan yang telah tumbuh dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Termasuk dalam jenis-jenis ini adalah jenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi dan banyak jenis lainnya yang tidak (belum) memiliki nilai komersil.

Perlahan-lahan suatu kondisi keseimbangan yang stabil (steady-state) mulai terbentuk, dimana tanaman-tanaman yang mati secara terus menerus digantikan oleh tanaman (permudaan) yang baru. Areal basal dan biomasa hutan primer semula dicapai setelah 50-100 tahun (Riswan et al. 1985) atau 150-250 tahun (Saldarriaga et. al. 1988). Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang terakumulasi lagi. Namun, permudaan lubang/celah tajuk yang khas terjadi pada hutan-hutan tropik basah biasanya memerlukan waktu selama 500 tahun (Riswan et al. 1985).

Suksesi standar yang dijelaskan di atas adalah suatu contoh gambaran yang sangat skematis dari proses-proses suksesi yang sangat kompleks dan beragam. Walaupun kebanyakan suksesi mengikuti pola seperti yang dijelaskan di atas, pada kenyataannya di alam beberapa tahap suksesi sering terlampaui, atau berbagai proses suksesi muncul secara bersamaan dalam susunan seperti mosaik. Suatu situasi khusus terjadi, bila permudaan dari jenis pohon klimaks tetap hidup atau terdapat di seluruh areal setelah atau walaupun terjadi gangguan yang menyebabkan penggundulan hutan tersebut. Dalam hal ini, seluruh fase suksesi akan dilalui oleh komunitas tumbuhan tersebut, dan sebagai akibatnya yang terjadi hanyalah perubahan struktur hutan.

Tulisan-Tulisan Berkaitan :
  1. Pengertian Suksesi Hutan
  2. Tahap-Tahap Suksesi
  3. Tipe-Tipe Suksesi
  4. Definisi Suksesi Primer
  5. Definisi Suksesi Sekunder
  6. Suksesi dalam Pengelolaan Hutan
  7. Suksesi dalam Komunitas Hewan
  8. Perkembangan Suksesional Ekosistem
  9. Suksesi Chronosequence dan Suksesi Toposequence
  10. Suksesi Siklis dan Suksesi Direksional (searah)
  11. Suksesi Progresif dan Suksesi Retrogresif
  12. Suksesi Autogenik dan Suksesi Allogenik.
  13. Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu
  14. Definisi dan Pengertian Hutan
  15. Klasifikasi Hutan menurut Jenis, Kerapatan dll
  16. Klasifikasi Pohon dalam Sebuah Hutan
  17. Definisi Pohon dan Pohon-Pohon Menakjubkan
  18. Gambar dan Bentuk Pohon Pohon
  19. Manfaat Hutan dalam Perdagangan Karbon
  20. Silvikultur Hutan Alam Tropika
  21. Jenis dan Tipe Hutan di Indonesia
  22. Tipe-tipe Hutan Tropika
  23. Struktur Hutan Hujan Tropika
  24. Faktor-Faktor yang Mengontrol Siklus Hara
  25. Faktor-Faktor Lingkungan dan Pembangunan Hutan
  26. Pengelolaan Hutan Tanaman
  27. Penentuan Kerapatan Tegakan
  28. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  29. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  30. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  31. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan
  32. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Habis
  33. Keuntungan dan Kerugian Sistem Tebang Pilih
  34. Proyek Pembuatan Hutan di Gurun Sahara

DAFTAR PUSTAKA
  • Arief, Arifin, (1994), Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
  • Daniel, Theodore. W, John. A. Helms, Frederick S. Baker, (1978), Prinsip-Prinsip Silvikultur (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono, 1992), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
  • Emrich Anette, Benno Pokorny, Dr, Cornelia Sepp. (2000) Relevansi Pengelolaan Hutan Sekunder Dalam Kebijakan Pembangunan (Penelitian Hutan Tropika). Deutsche Gesellschaft Für Technische Zusammenarbeit (Gtz) Gmbh Postfach 5180 D-65726 Eschborn
  • Marsono, Dj (1991). Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indoensia. Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
  • Schindele, W. (1989): Investigation of the steps needed to rehabilitate the areas of East Kalimantan seriously affected by fire.

.:: FUNGSI HUTAN | Konservasi :: Lindung :: Produksi ::.


Indahnya pemandangan hutan ini, terlihat hijau, teduh dan menyimpan banyak misteri. Selain menyimpan misteri, hutan juga terkandung banyak fungsi dan fungsi-fungsi tersebut dikelompokan seperti yang terdapat dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999.

Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu:
a. fungsi konservasi,
b. fungsi lindung, dan
c. fungsi produksi.

Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut:
a. hutan konservasi,
b. hutan lindung, dan
c. hutan produksi.

Hutan konservasi terdiri dari :
a. kawasan hutan suaka alam,
b. kawasan hutan pelestarian alam, dan
c. taman buru.

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 

Fungsi Hutan Suaka Marga Satwa

Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu.

fungsi hutan habitat satwa

Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:

1. Hidrologis,

artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya. 

Fungsi Hidrologi Hutan

Fungsi Hidrologi

2. Iklim,

artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.

3. Kesuburan tanah,

artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.

4. Keanekaragaman genetik,

artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.

5. Sumber daya alam,

artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri. Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti biofuel, damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan. 

Fungsi Hutan untuk kehidupan masyarakat sekitar

Kehidupan Masyarakat Sekitar Hutan

6. Wilayah wisata alam,

artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya. 

Fungsi Hutan untuk wisata alam
Wisata Alam

Monday, April 1, 2013

GAMBAR BLOG-IRWANTO untuk IMAGES SLIDER

Gambar-gambar di bawah ini yang dipakai untuk images slider atau gambar bergerak pada blog irwantoshut.blogspot.com. Ada beberapa gambar yang ditayangkan secara bergantian untuk mempercantik blog dan masing-masing gambar mempunyai link tersendiri.









Sunday, March 24, 2013

Rapat Jurusan Kehutanan UNPATTI AMBON untuk Membuka Program Studi Baru

Hari ini diadakan rapat jurusan kehutanan di ruang Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
Rapat jurusan ini merupakan tindak lanjut rapat pembukaan fakultas baru fakultas kehutanan di Universitas Pattimura.
Hadir dalam rapat ini Dekan Fakultas Pertanian yang merupakan Dosen Jurusan Kehutanan yaitu Bapak Profesor John Matinahoru.

Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura Ambon mempunyai empat minat untuk membentuk profesionalisme rimbawan. Empat minat itu adalah Manajemen Hutan, Teknologi Hasil Hutan, Konservasi Sumber Daya Alam dan Budidaya Hutan.  Dosen Jurusan Kehutanan Unpatti berjumlah 57 orang, yang tersebar di dalam empat minat tersebut dan terdapat 4 Guru Besar dengan perincian kualifikasi dosen sebagai berikut :
  • S3 (Doktor)           :    7 orang ( 4 orang Guru Besar/ Profesor)
  • S2 (Magister)         :  46 orang ( 1 orang Guru Besar/Profesor dan 4 sementara Studi S3)
  • S1 (Sarjana)           :    3 orang ( 2 sementara Studi S2)
Untuk lebih jelas mengenai Jurusan Kehutanan Unpatti Ambon dapat mengunjungi  website JURUSAN KEHUTAN UNPATTI AMBON dengan alamat http://kehutanan.unpatti.ac.id.

Tuesday, September 27, 2011

Presiden Dedikasi Tiga Tahun Terakhir untuk Hutan Indonesia


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan Menteri Negara bidang Lingkungan Hidup, Pangan, dan Urusan Perdesaan Inggris Jim Paice (kiri) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia Erik Solheim (tengah) sebelum acara pembukaan Konferensi Kehutanan Indonesia di Jakarta kemarin.

JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjanji akan mendedikasikan tiga tahun terakhir pemerintahannya untuk menjaga kelestarian hutan tropis Indonesia.

Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang prolingkungan terutama hutan. Presiden mengungkapkan, kesuksesan Indonesia dan dirinya dalam menjaga hutan sekarang ini akan sangat menentukan masa depan generasi mendatang. Hutan tropis Indonesia tidak hanya berperan besar dalam mengurangi polusi udara dunia, tapi juga menjadi sumber kehidupan ekonomi dan sosial.

”Saya akan melanjutkan kerja dan dedikasi selama tiga tahun terakhir masa pemerintahan saya untuk mencapai hasil abadi dalam menjaga dan memperkaya lingkungan dan hutan Indonesia,” tutur Presiden SBY pada acara Konferensi Kehutanan Indonesia di Jakarta kemarin. Sebagai komitmen untuk menjaga lingkungan, Presiden SBY berjanji tidak akan mengorbankan kelestarian hutan demi tujuan ekonomi.Mantan Menteri Pertambangan dan Energi tersebut mengemukakan, manajemen pengelolaan hutan terkait erat dengan kehidupan rakyat, perubahan iklim, ketahanan pangan, dan energi.

Dengan alasan itulah, pemerintah perlu mengambil inisiatif untuk menggandeng stakeholder dalam mengelaborasi kepentingan ekonomi dan lingkungan. ”Di kemudian hari, saya tidak ingin bercerita kepada cucu saya,Almira,bahwa kita tidak bisa menyelamatkan hutan dan orang-orang yang tergantung pada hutan,”tandas Presiden. Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, kebijakan ekonomi Indonesia selalu menggabungkan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan.

Hatta juga menegaskan pemerintah konsisten dengan roadmappelestarian lingkungan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan optimistis target pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebesar 26% pada 2020 bakal tercapai.Upaya mencapai target tersebut antara lain ditempuh melalui dua kebijakan strategis yang saling mendukung. Kebijakan pertama adalah moratorium pembukaan lahan hutan alam primer dan lahan gambut seluas 72 juta hektare untuk jangka dua tahun. Kedua, program penanaman semiliar pohon yang telah dilaksanakan tahun lalu dan akan berlanjut tahun depan.

Tahun lalu angkanya bahkan melampaui target menjadi 1,5 miliar pohon. ”Melalui kebijakan moratorium yang ditunjang penanaman semiliar pohon, saya yakin target penurunan emisi bisa lebih dari 26% bahkan mencapai 40%,”ucapnya.

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com

ILLEGAL LOGGING PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI


Kerusakan hutan di Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya di hutan konservasi disebabkan aksi perambahan dan penebangan liar. Luas hutan konservasi yang mencapai 37 persen dari luasan wilayah hutan di Konawe Selatan, mencapai 80,415, adalah salah satu jenis hutan yang mendapat perhatian atas kerusakan tersebut.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra yang menjadi penanggungjawab atas perlindungan melakukan koordinasi lintas sektoral dengan menggelar rapat pembahasan rencana pengelolaan jangka menengah kedua (RPJM II) Suaka Margasatwa di Konawe Selatan.

Dalam pertemuan itu terungkap, kurangnya penjagaan hutan konservasi dan hutan lindung lainnya, di Konawe Selatan akibat minimnya jumlah petugas lapangan yang aktif memonitoring hutan. Selain itu, juga anggaran untuk pengawasan masih sangat terbatas, termasuk kerusakan hutan ini bukan saja masyarakat yang turut, tetapi ada oknum-oknum petugas dan para cukong.

Untuk menghentikan kerusakan hutan konservasi yang semakin meluas itu, pihak BKSDA menawarkan bentuk kerjasama, termasuk saran-saran dari pemerintah Kabupaten, dan jajaran penegak hukum di Konawe Selatan.

"Kami mengakui, dengan keterbatasan petugas lapangan, termasuk anggaran, penjagaan hutan di Konawe Selatan belum maksimal. Karena itu melalui RPJM II ini kami meminta masukan dan saran atas terciptanya hutan lestari di Konawe Selatan,"ujar Sakrianto Djawie, Kepala Seksi Konserveasi Wilayah II BKSDA Sultra, kemarin.

http://assets.wwf.org.uk/img/illegal_logging_400_1_6926.jpg

Menurut Sakrianto, hutan konservasi di Konawe Selatan terbagi dalam empat bagian yakni Suaka Marga Satwa Tanjung Peropa, Tanjung Amolengu, Tanjung Batikolo dan TN Rawa Aopa Watumoahai. Hutan konservasi ini dapat terjaga dengan baik, bila seluruh stakeholder terlibat dalam melakukan perlindungan dan menjaga dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab. "Kerjasama semua pihak sangat penting dalam rangka menjaga hutan yang ada di Konawe Selatan," tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Kabupaten Konsel H Sardjun Mokke yang membuka rapat pembahasan RPJM II Suaka Marga Satwa Tanjung Batikolo mengakui, jika kawasan konservasi yang ada di Konsel sudah terjamak oleh orang-rang yang tidak bertanggungjawab. "Untuk itu kepada semua peserta memberikan masukan, termasuk turutserta dan mensosialisasikan menjaga hutan di Konawe Selatan," ujarnya.

Source : http://www.jpnn.com

Artikel Terkait :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

KERUSAKAN HUTAN