Sosok Ponimin (50) bagi warga lereng Merapi bukan figur yang asing. Dia adalah orang "sakti" nomor dua setelah Mbah Maridjan. Selama ini dia dikenal sebagai "orang pintar" yang biasa dimintai bantuan warga Merapi.
Ponimin, dikenal sebagai pawang hujan, tempat konsultasi tentang hari baik, dan juga tokoh agama yang suka diminta warga untuk memimpin pengajian dan selamatan.
"Gusti Kanjeng Ratu Hemas meminta saya menggantikan Mbah Maridjan," ujar Ponimin saat ditemui wartawan di rumah dr Ana Ratih Wardani, di Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Ponimin merupakan warga asli Merapi. Pria yang menurut warga kuat berzikir ini, telah memiliki 2 cucu ini menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta sejak 2001. GKR Hemas, istri dari Sri Sultan HB X, datang menengok pengungsi Merapi. Saat itu Hemas mendengar cerita dari Ponimin. Setelah itu Hemas meminta Ponimin untuk meneruskan tugas Mbah Maridjan sebagai kuncen Merapi.
"Tapi saya tidak bisa memberikan jawaban sekarang, rumah saya yang saya tinggali hancur," ujar Ponimin yang juga biasa dipanggil Mbah Ponimin.
Dilihat dari penampilannya, nuansa mistik tampak melekat pada Ponimin. Tasbih terkalung di pergelangan tangannya. Dua buah cincin akik melingkar di jari manis dan tengahnya.
"Untuk menjadi juru kunci Merapi, saya ada 3 syarat. Pertama, soal rumah saya yang hancur tentu saya harus berikhtiar, yang kedua izin dari Allah dan istri saya, yang ketiga semuanya itu harus terpenuhi," jelas pria berkumis ini.
Menurutnya pula, saat ini jabatannya sebagai abdi dalem Kraton Yogyakarta hanya pada tingkat jajar. Posisi itu masih jauh dengan kuncen Merapi, ada 3 golongan di atas posisinya sekarang untuk menjadi juru kunci.
"Jabatan saya masih jauh di bawah," ujar Ponimin yang mengaku jarang berkomunikasi dengan Mbah Maridjan.
Rumah milik Ponimin hanya berjarak 200 meter dari rumah Mbah Maridjan, namun beda dusun. Baik Mbah Maridjan dan Ponimin sama-sama dituakan di kawasan Merapi.
Ada Istana Megah dan Panembahan Senopati di MerapiBagi Ponimin, pria yang menjadi kandidat kuat pengganti Mbah Maridjan, Merapi bukanlah gunung biasa. Di matanya, gunung berapi paling aktif di Indonesia itu sebenarnya adalah kraton megah yang dihuni Panembahan Senopati.
"Merapi adalah kraton, kraton yang sangat besar. Tahun 1994, saya pernah dapat bisikan dan mengikuti bisikan ke arah atas Merapi," cerita Ponimin saat ditemui wartawan.
Ponimin mengatakan, bisikan itu memintanya untuk memejamkan mata. Nah saat matanya dibuka, Ponimin mengaku melihat sebuah istana nan megah dengan latar putih.
"Di dalam Istana banyak diisi jin dan juga tokoh kerajaan. Di atas istana ada panembahan Senopati," katanya.
Namun Poniman tidak ingin memaksakan 'keyakinannya' itu kepada orang lain. "Bagi saya Merapi adalah kraton," lanjutnya.
Selama ini, Ponimin dikenal sebagai 'orang pintar' kedua setelah Mbah Maridjan. Setelah Mbah Maridjan meninggal terkena awan panas, Kraton Yogyakarta meminta Ponimin sebagai penjaga Merapi.
"Penunggu Merapi, lelaki tua penghuni Merapi, yang datang menemui saya suka memberi tahu kalau kemudian akan ada wedhus gembel dan daerah mana saja yang kena," katanya.
Lelaki tua yang disebut Ponimin itu, yang pernah mengatakan, Istana Merapi itu menyebut awan panas sebagai sampah Merapi. "Waktu kejadian lalu, si Mbah memberi tahu saya kalau dia akan membuang sampah ke emperan Maridjan dan di daerah pipa, dekat Kaliadem sebelah selatan. Itu kan sudah terbukti ke daerah Mbah Maridjan," terangnya.
Sebelum Wedhus Gembel Datang, Ponimin Mengaku Ditemui 'Penguasa' MerapiPonimin mengaku ditemui 'penguasa' Merapi atau makhluk gaib penunggu Merapi beberapa hari sebelum musibah awan panas terjadi. Sosok lelaki tua berbaju lurik dan berblangkon khas Jawa itu meminta Ponimin membuat bubur merah dan putih.
"Sabtu 23 Oktober pagi, saya didatangi si Mbah. Dia bilang mau menghancurkan lereng Merapi di empat penjuru, menggunakan kekuatan api, air, tanah, dan angin," cerita Ponimin saat ditemui wartawan di rumah dr Ana Ratih Wardani, di Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Namun si Mbah berjanji tidak akan menghancurkan tanah di sekitar Merapi asalkan Ponimin maum membuat bubur merah dan putih. Namun bubur itu bukanlah bubur biasa. Air pembuat bubur harus diambil dari 7 mata air yang berbeda.
"Kata si Mbah kalau mau selamat mesti membuat sesajen bubur merah dan putih yang airnya harus dari 7 mata air. Kemudian bubur harus didoakan doa nurbuat dan selamat," kata pria 50 tahun ini.
Ponimin mengaku, ini bukan kali pertamanya si Mbah menemuinya. Sosok gaib itu sudah mulai 'dikenalnya' sejak 1994.
Dalam 'kunjungannya' kali ini, si Mbah juga berpesan, bubur merah dan putih tersebut harus dimakan Ponimin dan keluarga. Selain itu, Ponimin juga diminta membuat ketupat kuning dan digantung di depan rumah.
"Setelah mendapat peunjuk itu, segera menghubungi teman-teman saya, saya katakan boleh percaya atau tidak," kata Ponimin. Ponimin lantas membuat apa yang diminta oleh lelaki tua misterius itu.
"Selasa pagi (26/10), si Mbah datang lagi dan dia bilang akan menunda untuk meminta korban," terang lelaki yang selalu memegang tasbih di tangan kanannya ini.
Namun sore hari, lelaki tua itu datang menemui istrinya dan memberi peringatan. Hingga kemudian datang awan panas, Ponimin, 2 anak, menantu dan 2 cucunya bersembunyi di balik mukena istrinya Yati. Ajaib mereka selamat, dan kemudian pergi meninggalkan lokasi dengan estafet memakai alas bantal karena tanah terasa panas.
Pengalaman ajaib itu membuatnya menjadi kandidat kuat menggantikan Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi. Namun Ponimin mengaku masih belum bisa mengambil sikap.
Selama ini, Ponimin dikenal warga lereng Merapi sebagai orang pintar kedua setelah Mbah Maridjan. Dia biasa dimintai tolong warga untuk menentukan hari baik, mengusir setan, dan juga menjadi pawang hujan.
Istri Ponimin Sering Difitnah Punya PesugihanIstri kandidat kuat pengganti juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan, Mbah Ponimin, Yati (42), dikenal rajin mengaji. Namun, Yati seringkali diterpa fitnah dan digosipkan memiliki pesugihan.
"Selama di sana, saya banyak menerima fitnah. Banyak orang yang menduga saat saya mengaji, saya menyedot kekayaan orang lain dan banyak juga yang menduga saya punya pesugihan," kata Yati.
Hal ini disampaikan Yati kepada detikcom di kediaman dokter Ana, di Dusun Ngenthak, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta).
Yati mengaku rajin mengaji hanya untuk dakwah. Ia ingin mengislamkan penduduk yang belum mengenal Islam.
Kehidupan Yati dan Ponimin yang tinggal di Dusun Kaliadem, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, bisa dibilang lumayan berada. Yati sempat menerima banyak bantuan dari sejumlah pihak saat Gunung Merapi meletus pada tahun 2006.
"Tahun 2006, pasca letusan merapi, banyak orang yang mau masuk Islam. Tetapi, setelah itu (aman) saya kembali menerima banyak fitnah. Ketika tahun 2006, mungkin banyak orang yang tidak percaya kepada saya karena waktu itu rumah saya memang tidak dilalui wedhus gembel," papar perempuan berkerudung warna putih dan mengenakan daster warna ungu ini.
Yati bersyukur keluarganya selamat dari amukan awan panas pada Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB. "Tetapi saat ini, rumah saya dilalui wedhus gembel apalagi rumah saya di paling atas. Namun, nyatanya saya dan keluarga selamat," ujar Yati.
Ibunda dari Ilham Galih Habibi (5) ini berharap, dengan bencana Gunung Merapi ini masyarakat semakin yakin akan kebesaran Sang Pencipta.
"Saya berharap dengan ini, orang yakin akan kebesaran Allah," kata Yati.
Sumber : detik.com