Sebagian besar penutur bahasa Inggris membayangkan kalau hidup berjalan secara lurus, lahir di kiri, sekarang di tengah, dan meninggal di kanan. Berjalannya waktu ditandai dengan bergeraknya kita dari kiri ke kanan hingga akhirnya mencapai ujung, yaitu meninggal. Masa lalu adalah jalan yang kita lewati di belakang kita dan masa depan adalah jalan lurus yang akan kita tempuh di depan.
Sebaliknya pembicara Mandarin membayangkan waktu berjalan secara vertikal. Lahir di puncak dan wafat di dasar. Jadi sesuatu yang telah terjadi ada di atas, sesuatu di masa depan ada di bawah. Bagaimana dengan orang Arab? Mereka membayangkan waktu berjalan dari kanan ke kiri.
Perbedaan ini ternyata berhubungan dengan cara menulis. Tulisan latin bergerak dari kiri ke kanan, tulisan Mandarin dari atas ke bawah dan Arab dari kanan ke kiri. Inilah salah satu bukti kalau bahasa mempengaruhi persepsi waktu kita.
Sekarang yang lebih aneh lagi: para ilmuan di Stanford melakukan eksperimen meminta para penutur Mandarin menyusun benda secara horizontal dalam urutan tertentu, dan bertanya tentang pertanyaan berbasis waktu kepada mereka, seperti “Apakah bulan April sebelum atau sesudah Maret?”
Permintaan untuk menyuruh mereka berpikir horizontal dengan teka-teki benda membuat mereka lebih sulit menjawab pertanyaan berbasis waktu. Ketika penutur Inggris menyusun teka-teki secara vertikal, mereka juga kesulitan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kronologi. Dengan kata lain: membuat mereka berpikir dalam arah fisik yang berbeda, membuatnya sulit berpikir mengenai waktu.
Nah, yang lebih aneh lagi adalah orang Indonesia. Bahasa Indonesia tidak mengenal tensis sama sekali. Jadi kalau orang Inggris bilang “Mel Gibson shot my dad,” “Mel Gibson is shooting my dad,” dan “Mel Gibson is about to shoot my dad,” bahasa Indonesia hanya menerjemahkannya menjadi “Mel Gibson menembah ayah saya.” Tentu kita punya kata bantu seperti “Mel Gibson akan menembak ayah saya,” “Mel Gibson sedang menembak ayah saya,” dan “Mel Gibson sudah menembak ayah saya,” tapi kata bantu ini tidak alamiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak atau jarang memakainya. Sebaliknya, penutur Inggris selalu menggunakan tenses (past, present dan future).
Dalam sebuah eksperimen, penutur bahasa Indonesia diminta menjelaskan tiga potret orang yang mendekati bola, menendang bola dan melihat bola melayang. Orang Indonesia memakai kata yang sama : “Orang menendang bola” sementara penutur bahasa Inggris dapat membedakannya menjadi “Orang akan menendang bola,” “orang sedang menendang bola,” dan “orang sudah menendang bola.”
Orang Indonesia tidak dapat membedakan ketiga potret sementara orang Inggris mudah. Hal ini karena bahasa Indonesia tidak meminta mereka menyatakan urutan waktu, mereka cenderung tidak menyadarinya. Bahasa mengendalikan pola pikir orang Indonesia.
Bagaimana hal ini mempengaruhi keseharian orang Indonesia? salah seorang peneliti bergurau sambil mengatakan, orang Indonesia suka terlambat.
Sumber
http://www.faktailmiah.com/2011/05/10/mengapa-orang-indonesia-suka-terlambat.html
Cracked Science. Language Skews Your Perception of Time.
Referensi lanjut
Lera Boroditsky Linguistic Relativity.
Joan O’C. Hamilton. You Say Up, I Say Yesterday.
Stanford.Babel’s children
Referensi jurnal
Boroditsky, L., Ham, W., Ramscar, M. What is Universal in Event Perception? Comparing English and Indonesian Speakers. 2002.